Selasa, 22 Mei 2012

Sejarah Singkat Ilmu Komunikasi Unhas

urusan Ilmu komunikasi sebagai bagian integral dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, menghasilkan sarjana strata satu (S1) yang diharapkan memiliki bekal ; kemampuan mengumpulkan, mengelola dan menganalisis berbagai informasi penting dalam rangka pembangunan nasional khususnya mengikuti pola Ilmiah pokok dengan mengarahkan perhatian pada masyarakat maritim.

Jurusan ilmu komunikasi mengelola beberapa program studi 
antara lain : Jurnalistik (kewartawanan), Publik relations (Kehumasan),dan 
Komunikasi Perusahaan /Bisnis.  

Secara legalitas yang dimiliki program studi Ilmu Komunikasi berdasarkan 
Surat Keputusan Menteri PP & K RI Tanggal  30 Januari 1961 Nomor 
A/4692/U.U/5/1961, mengenai ketentuan Perguruan Tinggi Tata Praja sesudah 
penegeriannya itu, program studi di dalamnya, yaitu program studi Tata Praja (Public 
Administration) dan program studi Publisistik. Adapun program studi Publisistik ini 
merupakan peralihan dari Perguruan Tinggi Pers & Publisistik Sulawesi, yang 
sebelumnya didirikan di Makassar oleh  sebuah Yayasan atas dorongan dan bantuan 
penuh Panglima Brigjen  M. Yusuf. 

Tahun 1960-an di Makassar  berdiri sebuah perguruan tinggi swasta Perguruan 
Tinggi yang bernama  “Pers dan Publisiteit”. Kehadirannya diawali dengan  A.S 
Achmad dan Abdullah Suara, mulai memelopori gerakan yang menginginkan adanya 
normalisasi akademik. Maka berdirilah perguruan tinggi ““Pers dan Publisiteit”. 
Sulawesi. Sejumlah mata kuliah disusun, tujuan pendiriannya pun ditetapkan. Yakni 
berusaha menghasilkan kader wartawan yang berpendidikan tinggi. Sosok A.S 
Ahmad dan Abdullah Suara adalah tokoh yang memelopori, juga sekaligus langsung 
menjadi mahasiswa. Pada saat itu jumlah mahasiswa sangat besar  sebanyak 100 
orang.

Keseriusan untuk menggali profesi kewartawanan ternyata Panglima M 
Yusuf kala itu juga sudah menyelesaikan izin di pusat untuk membuka Fakultas Ilmu 
Sosial dan Ilmu Politik, sehingga perguruan tinggi  Pers dan Publisiteit  dilebur ke 
dalam Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, dan menjadi program 
studi publisistik. Jadi mahasiswa yang dulunya berstatus PTS resmi menjadi 
mahasiswa Fakultas Sospol program studi Publisistik yang pertama kali dipimpin oleh 
G.R. Pantouw (yang juga bekas menteri penerangan NIT). 

Demikianlah  dalam perkembangannya program studi Publisistik di bawah 
naungan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (yang kini berubah nama menjadi program 
studi Ilmu Komunikasi), pada awalnya mengembangkan tiga program studi  yakni 
Jurnalistik, Kehumasan dan Penerangan. Namun sekarang telah berkembang menjadi 
tiga kajian kekhususan studi  Jurnalistik, Publik Relations, dan  Komunikasi Bisnis. 
Awalnya program studi ini dibina oleh sejumlah dosen antar disiplin termasuk Arnold 
Monohutu, Prof. Dr. H.A. Muis, SH, dan sejumlah nama lainnya. 
A.S Ahmad dan Baharuddin DM, juga diangkat sebagai dosen yang pertama 
lewat program studi Komunikasi yang ingin membentuk tenaga-tenaga penerangan 
pembangunan, jurnalistik dan kehumasan, agar upaya meningkatkan mutu tenaga 
dosen senantiasa mendapat prioritas dan diperhatikan. Langkah strategis yang 
dilakukan adalah mengirimkan sejumlah dosen ke program lanjutan dengan jenjang 
tingkat pendidikan yang lebih tinggi untuk menghasilkan tenaga-tenaga dosen yang 
berkualitas di bidang Ilmu Komunikasi. Hal tersebut sampai sekarang telah menjadi 
prioritas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 
Pada dasarnya jati diri, visi, misi, sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh 
program studi Ilmu Komunikasi didasarkan pada jati diri, misi, misi, sasaran dan 
tujuan universitas Hasanuddin sebagai  induk dari program studi ini seperti 
termaktub dalam STATUTA UNHAS Bab II (pasal 3, pasal 4, pasal 5) dan  Bab III 
pada pasal 6.  

Kekuatan utama yang dimiliki program studi Ilmu Komunikasi sebagai 
bagian integral dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 
adalah membina mahasiswa sebanyak 335 orang termasuk mahasiswa baru 
angkatan 2006. Data tersebut merupakan jumlah mahasiswa terbesar kedua setelah 
program studi Ilmu Politik Pemerintahan.  Mahasiswa tersebut masuk dalam 
pengelolaan program studi Ilmu Komunikasi yang secara integral mengelola tiga 
kekhususan studi,  yaitu Hubungan Masyarakat, Jurnalistik dan Komunikasi Bisnis. 

Kekuatan lain yang tak kalah pentingnya adalah staf pengajar yang 
dimiliki program studi Ilmu Komunikasi dominan  memiliki tingkat kualifikasi 
pendidikan dari segi teoritis dan segi praktis berjumlah 28 orang, dengan rincian :  
staf pengajar dengan kualifikasi pendidikan S3 (Doktoral) sebanyak 6 orang, satu di 
antaranya bergelar Professor, 20 orang kualifikasi pendidikan S2 (Magister), dan 2 
orang kualifikasi pendidikan S1. Berdasarkan data yang ada terdapat 5 orang staf 
pengajar yang masih dalam proses melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan 
yang lebih tinggi yakni jenjang S2 (Magister) dan S3 (Doktoral). Upaya tersebut 
dilakukan untuk meningkatkan kualitas staf pengajar yang lebih kompeten di 
bidang-bidang spesifik, khususnya dalam kaitannya dengan kajian Ilmu Komunikasi...  

Program studi Ilmu Komunikasi  memperoleh status akreditasi dari Badan 
Akreditasi Nasional (BAN) Perguruan Tinggi dengan nilai B , mengakibatkan 
program studi Ilmu komunikasi mampu berkompetisi untuk mendapatkan hibah  
bersaing selain hibah A1,  
Menilik peluang yang dimiliki program studi Ilmu Komunikasi adalah 
kualifikasi staf pengajar dan jumlah mahasiswa yang cukup banyak akan 
memberikan motivasi dan semangat untuk terus berkembang dan dapat menjalin 
kerjasama dengan berbagai pihak, seperti instansi pemerintah, perusahaan swasta, 
dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat menambah bobot aktualisasi diri Ilmu 
Komunikasi

0 komentar:

Posting Komentar